TIMES MERAUKE, WAINGAPU – Wakil Bupati (Wabup) Kabupaten Sumba Timur NTT David Melo Wadu membuka resmi kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Bahasa Kambera Kabupaten Sumba Timur yang ditandai dengan memukul bedug.
Kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan dan memahami bahasa ibu Sumba Timur, khususnya kepada kaum milenal itu dilaksanakan di Taman Rekreasi Suembak Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Selasa (15/11/2022).
Acara ini dihadiri oleh sejumlah pimpinan OPD, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, serta para guru dan peserta kegiatan.
Wabup Sumba Timur usai membuka kegiatan FTBI mengatakan, pelaksanaan kegiatan ini secara pribadi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang tulus kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek juga Kepada Kantor Bahasa Provinsi NTT yang sudah menyelenggarakan acara ini.
“Tentu festival ini sebagai bentuk dukungan kepada kebijakan Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Bapak Nadiem Makarim yang telah meluncurkan program merdeka belajar episode ke-17, yakni revitalisasi bahasa daerah sebagai bagian dari upaya revitalisasi bahasa-bahasa daerah di Indonesia karena sudah semakin jarang digunakan termasuk di Sumba Timur dalam hal ini penggunaan bahasa Sumba Kambera,” jelas David.
Menurut David, semua menyadari bahwa penutur dan pengguna yang fasih berbahasa Sumba Kambera saat ini sudah mulai berkurang, apalagi anak-anak kita yang tinggal di Kota Waingapu dan sekitarnya.
Untuk itu, sebut David, Pemkab Sumba Timur sangat mendukung diselenggarakan festival tunas bahasa ibu dengan harapan akan lahir penutur-penutur muda yang cinta budaya dan bahasa ibu atau bahasa Sumba Kambera.
“Kita harap generasi penerus yang lebih dikenal dengan sebutan generasi milenial hingga generasi Z dapat mengenal dan memahami bahasa ibu, sehingga otomatis kedepannya mereka akan menjadi pasukan pelestarian bahasa ibu sekaligus pelestarian budaya kita,” harapnya.
David menyampaikan, inti dari kemanusiaan atau humanisme adalah budaya, inti dari budaya adalah bahasa dan inti dari bahasa yang kita kuasai adalah bahasa ibu kita bagi bangsa Indonesia termasuk Sumba Timur didalamnya. Bahasa ibu disini adalah bahasa Kambera.
“Untuk itu jangan malu-malu atau minder tetapi berbanggalah karena adik-adik bisa menggunakan bahasa ibu. Oleh sebab dengan kegiatan festival Tunas Bahasa Ibu saya buka dan selamat melaksanakannya agar dapat melahirkan penutur muda pengguna bahasa Sumba Kambera,” ucapnya.
Sementara, Abdul Khak, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Kemendikbudristek RI, menjelaskan kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu sebenarnya ujung dari rangkaian revitalisasi bahasa daerah. Kegiatan ini dimulai dari pelatihan para guru oleh maestro atau budayawan yang memahami betul bahasa Kambera, lalu diberikan kepada guru-guru untuk memberikan pelajaran kepada murid-muridnya.
“Nah, materi yang diberikan ini sebenarnya sangat fleksibel. Terserah di wilayah ini dalam bahasa Kambera seperti apa nantinya materi yang diberikan.
Abdul mengatakan, peberian materi bisa dalam bentuk kesenian, nyanyian atau musik atau puisi yang memang lazim digunakan di sini. Jadi intinya mereka yang mendapatkan pengintasan dari kegiatan ini lalu menggunakan bahasa Kambera, maka anak-anak ini dipersilakan memilih bentuk kesenian mana yang disukai.
Harapannya, lanjut dia, anak-anak punya kebanggaan karena hanya dipelajari di sekolah setelah tidak ada festival.
“Memang kegiatan ini diselenggarakan merupakan kebanggan tersendiri bagi mereka untuk menunjukan prestasi yang ingin mereka capai walaupun ini bukan lomba tapi ini bagian dari motivasi mereka,” terang dia. (*)
Pewarta | : Moh Habibudin |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |