TIMES MERAUKE, PACITAN – Sebanyak 151 peternak di Kabupaten Pacitan akhirnya menerima kompensasi dari pemerintah atas kerugian yang dialami akibat wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
Total 170 ekor sapi yang mati karena terjangkit PMK diganti dengan uang tunai sebesar Rp2,5 juta per ekor. Uang tersebut langsung ditransfer ke rekening masing-masing peternak, Rabu (16/7/2025).
Meski bantuan kompensasi ini disambut lega, banyak peternak mengaku jumlahnya belum sebanding dengan nilai sapi yang hilang. Tak sedikit pula yang kini trauma untuk memelihara sapi kembali.
Peternak Pilih Kambing, Trauma Kehilangan Sapi
Tulabi (50), peternak asal Krian, Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, termasuk salah satu penerima kompensasi. Dua ekor sapinya mati akibat PMK beberapa bulan lalu. Menurutnya, harga sapi yang mati bahkan jauh di atas nilai bantuan yang diterima.
"Yang satu harganya di atas Rp10 juta, satunya di atas Rp15 juta. Segitu belum cukup lah, belum impas. Entah, buat apa nanti uang segitu, paling buat beli kambing," katanya.
Dengan nada getir, Tulabi mengaku trauma beternak sapi lagi. Ia masih teringat bagaimana dua ekor sapinya mendadak mati dan terpaksa dikubur.
"Dulu mati terus dikubur. Saya trauma lah. Sudah habis semua sapinya. Kalau kita ini nambah sapi lagi orang susah ya repot, paling ya kambing," lanjutnya.
Kondisi serupa dialami Isnawan (65), peternak asal Karangnongko, Kecamatan Kebonagung. Ia kehilangan seekor sapi yang harganya tak kurang dari Rp20 juta akibat wabah PMK. Meski kini sudah menerima uang kompensasi, Isnawan masih berpikir panjang untuk kembali beternak sapi.
"Harapannya kalau dapat uang buat beli sapi lagi buat bibitan. Sekarang habis, karena PMK," ujarnya.
Kompensasi Tidak Direncanakan Lewat Skema Bansos PMK
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pacitan, Sugeng Santoso, menjelaskan bahwa bantuan kompensasi ini bukanlah program bansos PMK yang direncanakan secara khusus, melainkan bentuk perhatian pemerintah terhadap kerugian peternak.
"Penyerahan uang kompensasi lewat bansos tidak direncanakan PMK oleh DKPP Pacitan. Tapi ini tetap kita salurkan sebagai bentuk tanggung jawab," kata Sugeng.
Ia menyebutkan, total 170 ekor sapi yang mati tersebut tersebar di sejumlah kecamatan di Pacitan, antara lain Arjosari, Punung, Ngadirojo, Pringkuku, Donorojo, Nawangan, Tegalombo, Tulakan, Kebonagung, dan Pacitan.
Penyaluran kompensasi ini dilakukan secara simbolis di halaman belakang kantor DKPP Pacitan. Peternak penerima bantuan diundang untuk menerima secara langsung bukti transfer sebagai tanda dana sudah masuk ke rekening masing-masing.
Wabah Mulai Mereda, Pasar Hewan Masih Sepi
Meski kompensasi sudah cair, dampak psikologis dari wabah PMK tampaknya masih membayangi masyarakat Pacitan. Sugeng mengungkapkan bahwa kondisi PMK saat ini sudah jauh lebih baik dibanding akhir tahun lalu.
"Saat ini zero kasus kematian PMK. Namun penyakit itu mulai mereda," ungkapnya.
Kendati demikian, pantauan di beberapa pasar hewan menunjukkan aktivitas jual beli masih lesu. Daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya, ditambah rasa was-was jika wabah tersebut muncul lagi.
Pasalnya, rata-rata sapi yang mati akibat PMK sebelumnya hanya bertahan hidup kurang dari tujuh hari sejak terpapar. Hal ini membuat banyak peternak merasa gamang untuk memulai memelihara sapi lagi dalam waktu dekat.
Pemerintah Minta Peternak Tetap Waspada
Sugeng Santoso juga mengimbau agar para peternak tidak lengah meski kasus PMK sudah melandai. Ia meminta protokol biosekuriti tetap dijaga ketat supaya kejadian serupa tidak terulang.
"Peternak harus tetap hati-hati, menjaga kebersihan kandang, memastikan ternak sehat, dan melapor jika ada gejala. Kita tidak ingin ada lagi kasus kematian massal seperti Desember 2024 lalu," tegasnya.
Pemerintah Kabupaten Pacitan pun berencana terus memantau distribusi hewan ternak dan lalu lintas hewan antarwilayah agar PMK benar-benar terkendali.
Harapan Peternak: Bantuan Bibit Hingga Vaksinasi Massal
Di sisi lain, peternak berharap pemerintah tak hanya berhenti pada pemberian kompensasi. Mereka meminta ada program lanjutan, seperti bantuan bibit sapi yang sehat atau vaksinasi massal secara berkala agar ternak benar-benar terlindungi.
Isnawan misalnya, mengatakan akan lebih tenang jika ada jaminan vaksinasi berkelanjutan.
"Kalau nanti beli sapi lagi, kita mau pemerintah bantu vaksin dan awasi kesehatan ternak. Biar kejadian kemarin nggak terulang," ujarnya.
Tulabi pun berpendapat serupa. Meski kini memilih membeli kambing yang dianggap lebih tahan penyakit, ia tetap ingin suatu saat bisa beternak sapi lagi jika kondisi betul-betul aman.
"Kalau nanti sudah yakin aman, insya Allah coba lagi. Tapi sekarang ya trauma lah," tuturnya.
Tragedi PMK yang memukul peternak Pacitan sejak akhir 2024 hingga awal 2025 menyisakan banyak cerita pahit. Bantuan kompensasi Rp2,5 juta per ekor memang sedikit meringankan beban, tapi belum cukup memulihkan rasa aman dan semangat beternak sapi seperti dulu.
Pemerintah diharapkan terus hadir, tidak hanya saat kondisi sudah parah, tapi juga proaktif melakukan edukasi dan pencegahan sejak dini. Dengan begitu, dunia peternakan Pacitan dapat bangkit kembali tanpa bayang-bayang trauma. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Peternak di Pacitan Terima Kompensasi PMK, Banyak yang Pilih Beralih ke Kambing
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |