https://merauke.times.co.id/
Berita

Cegah Banjir, Pemkot Yogyakarta Gelar Simulasi Sistem Peringatan Dini di Lima Sungai

Rabu, 05 November 2025 - 11:15
Cegah Banjir, Pemkot Yogyakarta Gelar Simulasi Sistem Peringatan Dini di Lima Sungai Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta, Nur Hidayat. (FOTO: A Riyadi/TIMES Indonesia)

TIMES MERAUKE, YOGYAKARTA – Menyambut datangnya musim hujan dengan potensi cuaca ekstrem, Pemerintah Kota Yogyakarta (Pemkot Yogyakarta) melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menggelar simulasi Early Warning System (EWS) atau Sistem Peringatan Dini Banjir di lima titik rawan bencana.

Kegiatan ini dilakukan bersama Kelompok Tangguh Bencana (KTB) sebagai langkah nyata meningkatkan kesiapsiagaan warga terhadap ancaman banjir.

Lima titik lokasi yang menjadi fokus simulasi tersebar di Sungai Winongo, Sungai Code, Sungai Gajah Wong, Kali Buntung, dan Kali Belik — kawasan yang kerap menjadi langganan genangan air saat hujan deras mengguyur Kota Gudeg.

Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta, Nur Hidayat, menjelaskan bahwa simulasi ini digelar sebagai bagian dari langkah antisipatif menghadapi potensi curah hujan tinggi yang diperkirakan berlangsung hingga awal tahun depan.

“Simulasi ini memastikan seluruh sistem peringatan dini berfungsi optimal. Menurut prakiraan BMKG, dari Oktober hingga Januari akan terjadi peningkatan curah hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi, yang bisa memicu bencana hidrometeorologi,” ungkap Nur Hidayat, Rabu (5/11/2025).

Saat ini BPBD Yogyakarta telah memasang 26 perangkat EWS di berbagai titik sungai. Hidayat memastikan seluruh alat dalam kondisi aktif dan siap digunakan untuk mendeteksi potensi kenaikan debit air secara real-time.

Siapkan Sistem Cadangan

Selain mengandalkan sistem digital, BPBD juga menyiapkan radio komunikasi HT di setiap wilayah untuk memastikan koordinasi tetap berjalan ketika jaringan listrik atau internet terganggu akibat cuaca ekstrem.

“Cuaca ekstrem sering mempengaruhi jaringan listrik dan sinyal. Karena itu, sistem komunikasi manual seperti HT menjadi andalan cadangan untuk memastikan laporan tetap tersampaikan,” tambahnya.

Hidayat mengimbau seluruh warga, terutama yang tinggal di daerah rawan banjir dan longsor, agar tetap waspada terhadap potensi hujan lebat disertai angin kencang, petir, hingga puting beliung.

Analisis BMKG DIY menunjukkan adanya peningkatan pembentukan awan hujan di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Karena itu, BPBD juga mengaktifkan piket rutin dua kali sehari, pukul 09.00 pagi dan 21.00 malam, oleh anggota KTB di setiap kawasan.

“Setiap anggota KTB bertugas memantau kondisi wilayah dan melaporkan potensi bencana agar penanganan bisa dilakukan lebih cepat,” jelasnya.

Selain itu, BPBD telah mengirimkan surat edaran kepada seluruh kelurahan dan masyarakat mengenai masuknya musim cuaca ekstrem. Sosialisasi kesiapsiagaan bencana pun terus dilakukan secara langsung maupun melalui media sosial agar masyarakat semakin tanggap.

Pelajaran dari Cuaca Ekstrem Lalu

Peristiwa cuaca ekstrem yang melanda Yogyakarta pada 21 Oktober 2025 menjadi pengingat penting bagi semua pihak.

Dalam satu hari saja, BPBD mencatat hampir 50 kejadian bencana, termasuk 22 pohon tumbang, 10 atap rumah roboh, baliho ambruk, dan kerusakan jaringan televisi.

“Peristiwa itu menjadi pelajaran besar bahwa kesiapsiagaan bukan pilihan, melainkan keharusan. Kita semua harus siap menghadapi perubahan cuaca ekstrem,” tegas Nur Hidayat.

Kali Belik Jadi Contoh Wilayah Tangguh

Salah satu wilayah yang ikut merasakan manfaat EWS adalah Kali Belik, tempat di mana sistem ini telah terpasang selama dua tahun terakhir.

Jarwo Kuswanto, anggota Kelompok Tangguh Bencana Kali Belik, menyebut sistem EWS di wilayahnya bekerja dengan baik dan sering memberikan peringatan dini saat debit air meningkat.

“Bunyi alarm peringatan sering terdengar ketika hujan deras. Tapi syukurlah, sejak dibangun talut dan embung, banjir besar sudah jarang terjadi,” katanya.

Sebelum ada infrastruktur pengendali banjir, kata Jarwo, wilayah sekitar Kali Belik sering tergenang air hingga setinggi mata kaki setiap kali hujan deras turun lebih dari satu jam. Kini, meski debit air bisa mencapai 200 meter kubik per detik, kondisinya masih aman dan tidak meluap ke permukiman.

Jarwo berharap pemerintah terus melanjutkan upaya pembersihan sungai dan memasang jaring sampah di beberapa titik untuk menahan kiriman sampah dari hulu. “Kalau sungainya bersih, airnya juga lancar. Kami siap bantu menjaga agar tidak banjir lagi,” ujarnya. (*)

Pewarta : A Riyadi
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Merauke just now

Welcome to TIMES Merauke

TIMES Merauke is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.