https://merauke.times.co.id/
Gaya Hidup

Surabi Imut, Kuliner Legendaris Malang yang Sudah 20 Tahun Menjaga Rasa dan Cinta

Rabu, 21 Mei 2025 - 09:56
Surabi Imut, Kuliner Legendaris Malang yang Sudah 20 Tahun Menjaga Rasa dan Cinta Hariyanto, sang pemilik Surabi Imut sedang membuat pesanan dengan beberapa topping di tungku legendarisnya (Foto: Cindy Audylia Herawati/TIMES Indonesia)

TIMES MERAUKE, MALANG – Jika suatu saat Anda berjalan di kawasan Klojen Kota Malang, tepatnya di sekitar Pasar Klojen yang ramai dan ikonik, ada baiknya Anda menoleh ke seberang jalan. Di sana, tepatnya di Gang 4 No 85, ada warung yang menawarkan kuliner mini namun punya reputasi besar - Surabi Imut namanya.

Meski tempatnya terbilang kecil, warung ini kerap mengundang antrean pembeli sejak siang hingga malam. Tidak mencolok, namun sangat dicari.

Surabi Imut juga menyimpan cerita panjang tentang bagaimana jajanan tradisional bisa bertahan, bahkan bersinar, di tengah gempuran makanan modern.

serabi.jpgPelanggan sedang menikmati lezatnya Surabi Imut dengan dua macam toping berbeda serta legitnya pisang bakar panas. (Foto: Cindy Audylia Herawati/TIMES Indonesia) 

Didirikan pada 2005 oleh Hariyanto, Surabi Imut bermula dari satu ide sederhana namun brilian yaitu menyajikan surabi dalam ukuran kecil yang lebih praktis disantap.

“Waktu itu saya lihat banyak jajanan di Malang ukurannya besar-besar, padahal nggak semua orang bisa habisin. Akhirnya saya coba bikin surabi kecil, tapi topping-nya tetap menarik,” kenangnya.

Dari sinilah nama 'Surabi Imut' lahir. Imut, bukan hanya karena ukurannya mungil, tetapi juga karena tampilannya yang menggemaskan, berwarna-warni, dan menggoda.

Kini, setelah 20 tahun berdiri, Surabi Imut bukan sekadar tempat jajan, tapi telah menjadi bagian dari perjalanan kuliner warga Malang.

50 Varian Topping: Inovasi Tanpa Henti

CamScanner-21-05-2025-08.24.jpgBerbagai macam topping dan menu di Surabi Imut yang bisa dicoba. (Foto: Cindy Audylia Herawati/TIMES Indonesia) 

Salah satu daya tarik utama dari Surabi Imut adalah banyaknya pilihan rasa. Saat ini, tersedia 50 varian topping, mulai dari yang manis, asin, hingga kombinasi keduanya.

Bagi pecinta rasa manis, varian mesis keju dan coklat keju mesis selalu jadi favorit. Sementara untuk yang menyukai rasa gurih, telur sosis keju susu jadi andalan banyak pelanggan tetap.

Yang menarik, hampir semua ide topping berasal dari kreasi pribadi Hariyanto. Ia mengamati tren makanan, mendengar saran pelanggan, lalu bereksperimen langsung di dapurnya.

“Saya nggak mau meniru dari tempat lain. Inovasi itu datang dari keinginan membuat sesuatu yang beda dan bikin pelanggan penasaran untuk balik lagi,” jelasnya.

Tak hanya surabi, warung ini juga menyajikan pisang bakar dengan berbagai topping unik serta aneka minuman segar dan hangat, yang membuat pengalaman menyantap jajanan di sini terasa lengkap dan memuaskan.

Menjaga Mutu di Tengah Tantangan

Bertahan selama dua dekade tentu bukan pencapaian remeh. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Hariyanto adalah menjaga mutu bahan baku dan rasa di tengah naik turunnya harga pasar. Tapi bagi Hariyanto, kualitas adalah segalanya.

“Meskipun harga bahan naik, saya tetap pakai bahan yang sama. Nggak pernah saya kurangi kualitasnya. Saya percaya, pelanggan bisa rasakan kalau rasanya berubah sedikit saja,” katanya tegas.

Di tengah maraknya metode pembayaran digital, Surabi Imut  juga tetap mempertahankan cara lama. Pembayaran hanya bisa dilakukan dengan tunai. Tidak tersedia QRIS, e-wallet atau mesin kartu EDC.

“Saya tahu zaman sekarang orang banyak pakai digital, tapi saya memang ingin tetap sederhana. Sejauh ini pelanggan nggak ada yang komplain,” ujarnya santai.

Satu Lokasi, Satu Komitmen

Meskipun Surabi Imut semakin populer, bahkan sering disebut-sebut di media sosial dan kuliner lokal, Hariyanto tidak berniat membuka cabang. Bukan karena tidak mampu, tapi karena ingin menjaga kualitas dan pengalaman yang sama untuk semua pelanggan.

“Kalau saya buka cabang, saya takut tidak bisa kontrol rasa dan pelayanan. Saya lebih senang fokus di satu tempat, biar semuanya tetap terjaga,” ungkapnya.

Surabi Imut yang melegenda ini buka setiap hari pukul 11.00 hingga 21.00 WIB. Kedainya mulai ramai sejak siang hari, tapi waktu paling padat adalah sore hingga malam, apalagi saat akhir pekan.

Tak hanya warga sekitar, banyak pelanggan datang dari luar kota, bahkan luar provinsi, karena penasaran dengan reputasi rasa surabi yang katanya tak berubah sejak 2005.

Bukan Sekadar Jajanan, Tapi Warisan Rasa

Dalam era serba instan dan digital ini, Surabi Imut  justru tumbuh dengan prinsip sebaliknya: konsistensi rasa, pelayanan manual, tanpa perlu gimmick. Dan itulah yang membuat tempat ini bertahan.

“Harapan saya sederhana. Saya ingin Surabi Imut ini makin dikenal, makin dicintai, dan bisa jadi contoh bahwa jajanan tradisional pun bisa bertahan kalau dikelola dengan baik. Saya selalu berusaha menjaga kualitas dan kepuasan pelanggan. Karena dari situlah usaha ini tumbuh,” ujar Hariyanto.

Kisah Surabi Imut bukan cuma tentang makanan. Ia adalah tentang keuletan, inovasi tanpa meninggalkan akar tradisi, dan keyakinan bahwa rasa dan kesungguhan akan selalu menemukan jalannya sendiri menuju hati pelanggan.

Dan selama Hariyanto masih setia menjaga bara di tungku tanah liatnya, aroma surabi kecil yang imut itu akan tetap mengembang dari depan Pasar Klojen - menggoda siapa saja yang lewat untuk berhenti, mencicipi lalu kembali lagi. (*)

Pewarta : Cindy Audylia Herawati (Magang MBKM)
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Merauke just now

Welcome to TIMES Merauke

TIMES Merauke is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.